KEMUHAMMADIYAHAN
By; Khusnul Urifah
A. Arti
Muhammadiyah
Arti Bahasa
(Etimologis)Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhamadiyah”, yaitu nama
nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan “ya” nisbiyah, yang
artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”,
yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Arti Istilah
(Terminologi) Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar
makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan as-Sunnah.
Gerakan ini
diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan
baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam,
semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai
realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.
Secara garis
besar Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia.
Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya
merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam
yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim
al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan pembaharuan tersebut terutama
berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar, suntingan dari Rasyid
Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.
B. Tokoh
Pendiri dan Perkembangan Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh Muhammad
Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H. Ahmad Dahlan.
Beliau adalah
pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya
untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis. Oleh kerana itu beliau memberikan pengertian keagamaan di
rumahnya di tengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Semula ajaran
ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat
sambutan dari keluarga dan rekannya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam
waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar
daerah dan ke luar daripada Pulau Jawa. Untuk mengorganisasi kegiatan tersebut
maka didirikan persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada di
seluruh penjuru negeri.
Di samping
memberikan pelajaran / pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi
pelajaran kepada kaum perempuan muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidhratul
Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk kanak-kanak lelaki dan perempuan.
Pada malam hari untuk dewasa.
Di samping
memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan kanak-kanak,
beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau
telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge
School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi
Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri
perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya diubah menjadi
Mu`allimin dan Mu`allimat.
- Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan
Pada masa ini, perintisan yang
dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk melaksanakan Islam secara
benar sesuai dengan tuntunan AL-Qur’an dan As-sunah shahihah, wujud rintisan
K.H.A.Dahlan antara lain:
a.
Pada tahun 1898, beliau meluruskan arah kiblat secara
benar dengan serong kearah barat laut 24,5 derajat.
b.
Bermula dari sekolah yang dirintis di teras rumah K.H.A
Dahlan dan akhirnya beliau membangun gedung standard school med de Qur’an
hingga akhirnya pendidikan Muhammadiyah terus berkembang.
c.
K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja’ merintis RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada 15 Februari1923.
d.
Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita.
Pada 23 Februari 1923, K.H.A Dahlan
wafat. Namun perjuangan Muhammadiyah tetap di lanjutkan oleh murid-murid beliau dan terus
mengalami perkembangan seperti : H.Karim Amrullah yang bergelar H. Rasul
pemimpin perkumpulan Sandi Aman di Padang bergabung dengan Muhammadiyah. Dipercayakannya
Consul-Consul di luar pulau Jawa kepada : AR Sutan Mansyur consul untuk pulau
Sumatera, M.Hasan Tjorong consul untuk pulau Kalimantan, D.Muntu consul untuk
pulau Sulawesi.
2.
Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan
Rasa kecintaan
Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya perkumpulan
Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa aktivisnya yaitu bapak
Sarbini dan Jend.Sudirman. Setelah Indonesia merdeka, putera terbaik
Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma menjadi anggota BPUPKI untuk merumuskan
Pancasila. Pada 17 Agustus 1945, Muhammadiyah
membidani lahirnya partai Masyumi yang diresmikan pada 7 November 1945.
3.
Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama
Kemenangan
Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh dendam hingga
menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera. PKI membujuk
penguasa pada saat itu untuk membubarkan Masyumi yang tentu akan mengancam
eksistensi Muhammadiyah. Tetapi,keputusan tertingi tetap di tangan presiden
Soekarno.
Dampak dari
permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang notabene aktivis Muhammadiyah dijebloskan ke penjara yakni : Buya
HAMKA, Mr.Kasman Singidimejo, dr.Yusuf
Wibisono
Pada 1959,
dikeluarkan dekrit presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk membubarkan
diri. Lalu dalam rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI terhadap
presiden, diberikanlah predikat “Anggota Setia Muhammadiyah” kepada
Ir.Soekarno.
4.
Muhammadiyah Pada Masa Orde Baru
Pada masa ini,
Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu pemerintah dalam
menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa, mulai terjadi
penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa dan politik tidak ada yang
boleh menentang kata-kata pemerintah. Pada 1977, munculnya krisis moneter yang
menyerang bangsa Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama
gelombang masyarakat untuk melengserkan rezim orde baru. Akhirnya pada 22 Mei
1998, rezim orde baru tumbang, dan digantikan dengan Masa Reformasi yang satu
diantara penggeraknya ialah Prof. DR.H.Amien Rais.
5.
Muhammadiyah Pada Masa Reformasi
Dalam sidang
Tanwir di Semarang pada 1998, Muhammadiyah merelakan Prof.DR.H. Amien Rais
untuk melepaskan jabatannya sebaga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah guna
menjaga agar kondisi perpolitikan tidak menghambat gerak juang Muhammadiyah.
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah bulan Februari 2002 di Bali,
Muhammadiyah merumuskan khittah berbangsa dan bernegara yang isi nya
mempertegas statement Ujung Pandang dan Khittah Surabaya.
Muhammadiyah mengihimbau kadernya yang berpolitik riil agar
memperhatikan; Mengedepankan kejujuran, Menjadi Uswatun Khasanah, Melakukan Islah
C. Maksud
dan Tujuan Muhammadiyah
Rumusan maksud
dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami
beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.Pada
waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai
berikut:
Rumusan pertama
Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan Memajukan hal agama Islam
kepada anggota-anggotanya.
Rumusan kedua
terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta.
Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud dan tujuan
muhammadiyah harus direvisi sesuai dengan keadaan riil yang dialaminya. Adapun
isinya adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam
di Hindia Belanda, serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan
Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Rumusan ketiga
rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Pemerintahan fasis ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang
sesuai dengan yang dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan
kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang
diperintahkan oleh Allah maka perkumpulan ini:
1. Hendaknya
menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya.
2. Hendak
melakukan pekerjaan perbaikan umum.
3. Hendak
memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.
Rumusan keempat terjadi
setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta. Adapaun rumusanya adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Rumusan kelima
ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta. Perubahan ini
hanya pada redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi terwujudnya.
Sehingga rumusan resminya adalah,
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
Rumusan keenam
terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun itu
Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan kehadiran
Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap ormas, baik agama
maupun non agama untuk mencantumkan asas pancasila. Adapun maksud dan tujuan
hasil Muktamar ke 41 itu adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Rumusan ketujuh Muhammadiyah
adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma’ruf Nahi Munkar, berasaskan Islam yang
bersumber pada al Qur’an dan As-Sunnah.
Kesimpulan
Muhammadiyah
adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah
yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata
rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan
Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
0 komentar:
Posting Komentar