Selasa, 02 April 2013

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH


KEPRIBADIAN  MUHAMMADIYAH


I.  APAKAH MUHAMMADIYAH ITU?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud geraknya ialah, “Da’wah Islam & amar ma'ruf nahi munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. Da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi kepada dua golongan: kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar yang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata.
Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

II. DASAR DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:
1.   Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
2.   Hidup manusia bermasyarakat.
3.   Mematuhi ajaran-ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
4.   Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
5.   Ittiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
6.   Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

III.  PEDOMAN AMAL USAHA DAN PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun disegenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah.

IV.  SIFAT MUHAMMADIYAH
Menilik:  a.   Apakah Muhammadiyah itu;
               b.   Dasar amal usaha Muhammadiyah;
               c.   Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah;
Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini:
1.   Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2.   Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3.   Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4.   Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5.   Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta falsafah Negara yang sah.
6.   Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.
7.   Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
8.   Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan ajaran Islam serta membela kepentingannya.
9.   Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah.
10. Bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar dengan bijaksana.

(Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-35)


SEJARAH DIRUMUSKANNYA "KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH"
           
“Kepribadian Muhammadiyah” ini timbulnya pada waktu Muhammadiyah dipimpin oleh Bpk. Kolonel H.M. Junus Anis, ialah periode 1959 – 1962.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bpk. K.H. Faqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam suatu latihan yang diadakan oleh PP. Muhammadiyah di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu almarhum K.H. Faqih Usman menjelaskan “Apa sih Muhammadiyah itu?”
   Kemudian oleh PP di musyawarahkan bersama-sama pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur (H. M. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono) dan Jawa Barat (H. Adang Afandi). Sesudah itu disempurnakan oleh suatu team yang antara lain terdiri dari; K.R. Muh. Wardan; Prof. KH. Farid Ma'ruf; M. Djarnawi Hadikusuma; M. Djindar Tamimy; kemudian terus membahas pula Prof. H. Kasman Singodimejo, SH. disamping pembawa prakarsa sendiri Bapak KH. Faqih Usman. Setelah rumusan itu sudah agak sempurna, maka diketengahkan dalam sidang Tanwir menjelang Muktamar ke-35 itulah “Kepribadian Muhammadiyah” mendapatkan pengesahan setelah mengalami usulan-usulan penyempurnaan.
Dengan demikian maka rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” yang sekarang ini adalah merupakan hasil yang telah disempurnakan dalam Muktamar setengah abad ke-35 pada tahun 1962, akhir periode pimpinan H. M. Junus Anis.
  
APAKAH  KEPRIBADIAN  MUHAMMADIYAH  ITU?
Sesungguhnya Kepribadian Muhammadiyah itu merupakan ungkapan dari kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH. Faqih Usman pada saat itu hanyalah mengkosntantir, mengidharkan apa yang telah ada. Jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah. Adapun mereka yang menganggap bahwa Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara baru, hanyalah karena mereka mendapati Muhammadiyah dalam keadaan yang tidak sebenarnya.
KH. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak lama berkecimpung dalam muhammadiyah, sudah memahami benar apa seseungguhnya sifat-sifat khusus/ciri-ciri khas dari Muhammadiyah itu. Karena itu, kepada mereka yang tidak berlaku sewajarnya dalam muhammadiyah, beliaupun dapat memahami dengan jelas.
Yang dirasakan benar oleh almarhum bahwa Muhammadiyah itu sebagai Gerakan Islam berdasar Islam, menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bukan dengan jalan politik, bukan dengan jalan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan masyarakat, tanpa memperdulikan bagaimana struktur politik yang menguasainya. Zaman penjajahan Belanda, zaman militerisme Jepang, dan sampai dengan zaman kemerdekaan Republik Indonesia. Muhammadiyah tidak buta politik, Muhammadiyah tidak takut politik. Tapi Muhammadiyah bukan partai politik. Muhammadiyah tidak mencapuri soal-soal politik; tetapi apabila soal-soal politik memasuki Muhammadiyah, ataupun soal-soal politik itu mendesak-desak urusan agama Islam maka terpaksalah Muhammadiyah bertindak menurut kemampuanya dan menurut irama dan nada Muhammadiyah.
Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh Presiden Sukarno, maka warga-warga Muhammadiyah yang selam ini berjuang didalam medan politik praktis, merekapun masuk kembali dalam Muhammadiyah. Merekapun berjuang dan beramal dalam Muhammadiyah dengan masih membawa cara dan lagu-lagu berpolitik cara partai. Oleh almarhum KH. Faqih Usman dan PP Muhammadiyah pada saat itu, cara-cara yang demikian dirasakan sebagai cara-cara yang dapat merusak nada dan lagu Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang khas Muhammadiyah bukan bergerak untuk Muhammadiyah sebagai golongan, Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimah Allah untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hanya saja Islam yang digerakkan oleh Muhammdiyah adalah Islam yang sadajah, Islam yang lugu/apa adanya, Islam yang menurut al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. dan menjalankan dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan ruh Islam.
Dengan demikian, diperlukan untuk dipahamkan kepada para warga Muhammadiyah, apakah sebenarnya Muhammadiyah, dan bagaimana cara membawa/ menyebar luaskannya. Menyebarkan faham Muhammadiyah itu pada hakikatnya menyebarkan Islam yang sebenar-benarnya dan karena itu cara-caranya perlu mengikuti bagaimana Rasulullah saw. menyebarluaskan Islam pada mula-mula pertumbuhannya.

Memahami “Kepribadian Muhammadiyah”
Memahami Kepribadian Muhammadiyah berarti:
1.   Memahamai apa sebenarnya Muhammadiyah
2.   Karena Muhammadiyah ini sebagai organisasi, sebagai suatu persyarikatan yang berasaskan Islam maka perlu pula difahami Islam yang bagaimanakah yang hendak ditegakkan dan dijunjung tinggi itu, mengingat telah banyaknya kekaburan-kekaburan dalam Islam di Indonseia ini. Dan ini pulalah yang hendak dipergunakan mendasari atau menjiwai segala amal usaha Muhammadiyah sebagai organisasi.
3.   Kemudian dengan sifat-sifat yang kita contoh atau kita ambil dari bagaimana sejarah da'wah Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan, itu pulalah yang kita jadikan sifat-sifat gerak da'wah Muhammadiyah, dengan kita sesuaikan pada keadaan dan kenyataan-kenyataan yang kita hadapi.

Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah Ini Kita Pimpinkan/ Berikan?
Seperti diatas telah kita uraikan, bahwa kepribadian ini pada dasarnya adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada warga kita, agar mereka itu tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal usahanya, juga tahu sifat-sifat atau bentuk/nada-nada bagaimana mereka para warga pada saat melaksanakan tugas kewajibannya.

Lalu Bagaimana Cara Memberikan Atau Menuntunkan?      
Tidak ada cara lain memberikan atau menuntunkan kepribadian Muhammadiyah ini kecuali harus dengan teori dan praktek penamaan, pengertian dan pelaksanaan-pelaksanaan.
1.   Penandasan atau pendalaman pengertian da'wah/ bertabligh.
2.         Menggembirakan dan memantapkan tugas berda'wah. Tidak merasa minderwaardig (rendah diri) dalam menjalankan da'wah walaupun dengan tidak memandang rendah dan busuk kepada saudara-saudara kita yang bertugas dalam lapangan lainya (politik, ekonomi, seni-budaya dan lain-lain).
3.   Kemudian kepada mereka para warga hendaklah ditugaskan dengan tentu-tentu, bukan hanya dengan sukarela. Bila diperlukan dengan cara-cara yang mengikat seperti dengan perjanjian, dengan bai'at dan lain-lain.
4.   Sesuai dengan masa sekarang, perlu dengan musyawarah sekarang yang sifatnya mengevaluasi tugas-tugas itu.
5.   Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dengan formalitas-formalitas yang menarik yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan bantuan logistik.
6.   Pimpinan Cabang/Ranting bersama-sama anggota-anggotanya memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituju, bahan-bahan yang dibawakan petugas-petugas dibagi menurut kemampuan dan sasaran-sasarannya.
7.   Pada musyawarah evaluasi, sekalian dapat ditambahkan bahan-bahan atau bekal yang diberikan kepada warga yang sebagai muballighin/muballighat.




0 komentar:

Posting Komentar