KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
I. APAKAH MUHAMMADIYAH ITU?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang
merupakan “Gerakan Islam”. Maksud geraknya ialah, “Da’wah Islam & amar
ma'ruf nahi munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan
masyarakat. Da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi
kepada dua golongan: kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid),
yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni; dan yang kedua
kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar yang kedua, ialah kepada masyarakat,
bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan
bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah
semata.
Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma'ruf nahi
munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan
masyarakat menuju tujuannya, ialah “terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”.
II. DASAR DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju
tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana
kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan
segala gerak dan usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah
Anggaran Dasar, yaitu:
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam
itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat
adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
5. Ittiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi.
III. PEDOMAN AMAL USAHA DAN
PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun
yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai
tujuan tunggalnya harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan
Rasul-Nya, bergerak membangun disegenap bidang dan lapangan dengan menggunakan
cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah.
IV. SIFAT MUHAMMADIYAH
Menilik: a. Apakah Muhammadiyah itu;
b. Dasar amal usaha Muhammadiyah;
c. Pedoman amal usaha dan perjuangan
Muhammadiyah;
Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifatnya, terutama yang
terjalin di bawah ini:
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta falsafah
Negara yang sah.
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan ajaran Islam serta membela kepentingannya.
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang
diridlai Allah.
10. Bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar dengan bijaksana.
(Keputusan Muktamar Muhammadiyah
ke-35)
SEJARAH DIRUMUSKANNYA
"KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH"
“Kepribadian Muhammadiyah” ini timbulnya pada waktu
Muhammadiyah dipimpin oleh Bpk. Kolonel H.M. Junus Anis, ialah periode 1959 –
1962.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari
uraian Bpk. K.H. Faqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam suatu
latihan yang diadakan oleh PP. Muhammadiyah di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
Yogyakarta. Pada saat itu almarhum K.H. Faqih Usman menjelaskan “Apa sih
Muhammadiyah itu?”
Kemudian
oleh PP di musyawarahkan bersama-sama pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur (H. M.
Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono) dan Jawa Barat (H. Adang Afandi).
Sesudah itu disempurnakan oleh suatu team yang antara lain terdiri dari; K.R.
Muh. Wardan; Prof. KH. Farid Ma'ruf; M. Djarnawi Hadikusuma; M. Djindar Tamimy;
kemudian terus membahas pula Prof. H. Kasman Singodimejo, SH. disamping pembawa
prakarsa sendiri Bapak KH. Faqih Usman. Setelah rumusan itu sudah agak
sempurna, maka diketengahkan dalam sidang Tanwir menjelang Muktamar ke-35
itulah “Kepribadian Muhammadiyah” mendapatkan pengesahan setelah mengalami
usulan-usulan penyempurnaan.
Dengan demikian maka rumusan “Kepribadian
Muhammadiyah” yang sekarang ini adalah merupakan hasil yang telah disempurnakan
dalam Muktamar setengah abad ke-35 pada tahun 1962, akhir periode pimpinan H.
M. Junus Anis.
APAKAH
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH ITU?
Sesungguhnya Kepribadian Muhammadiyah itu merupakan
ungkapan dari kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama
berdiri. KH. Faqih Usman pada saat itu hanyalah mengkosntantir, mengidharkan
apa yang telah ada. Jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah.
Adapun mereka yang menganggap bahwa Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara
baru, hanyalah karena mereka mendapati Muhammadiyah dalam keadaan yang tidak
sebenarnya.
KH. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak
lama berkecimpung dalam muhammadiyah, sudah memahami benar apa seseungguhnya
sifat-sifat khusus/ciri-ciri khas dari Muhammadiyah itu. Karena itu, kepada
mereka yang tidak berlaku sewajarnya dalam muhammadiyah, beliaupun dapat
memahami dengan jelas.
Yang dirasakan benar oleh almarhum bahwa
Muhammadiyah itu sebagai Gerakan Islam berdasar Islam, menuju terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bukan dengan jalan politik, bukan dengan
jalan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan masyarakat, tanpa
memperdulikan bagaimana struktur politik yang menguasainya. Zaman penjajahan
Belanda, zaman militerisme Jepang, dan sampai dengan zaman kemerdekaan Republik
Indonesia. Muhammadiyah tidak buta politik, Muhammadiyah tidak takut politik.
Tapi Muhammadiyah bukan partai politik. Muhammadiyah tidak mencapuri soal-soal
politik; tetapi apabila soal-soal politik memasuki Muhammadiyah, ataupun
soal-soal politik itu mendesak-desak urusan agama Islam maka terpaksalah
Muhammadiyah bertindak menurut kemampuanya dan menurut irama dan nada
Muhammadiyah.
Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh
Presiden Sukarno, maka warga-warga Muhammadiyah yang selam ini berjuang didalam
medan politik praktis, merekapun masuk kembali dalam Muhammadiyah. Merekapun
berjuang dan beramal dalam Muhammadiyah dengan masih membawa cara dan lagu-lagu
berpolitik cara partai. Oleh almarhum KH. Faqih Usman dan PP Muhammadiyah pada
saat itu, cara-cara yang demikian dirasakan sebagai cara-cara yang dapat
merusak nada dan lagu Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mempunyai cara
perjuangan yang khas Muhammadiyah bukan bergerak untuk Muhammadiyah sebagai
golongan, Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk
kemenangan kalimah Allah untuk terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Hanya saja Islam yang digerakkan oleh Muhammdiyah adalah
Islam yang sadajah, Islam yang lugu/apa adanya, Islam yang menurut al-Qur'an
dan Sunnah Rasulullah saw. dan menjalankan dengan menggunakan akal pikiran yang
sesuai dengan ruh Islam.
Dengan demikian, diperlukan untuk dipahamkan kepada
para warga Muhammadiyah, apakah sebenarnya Muhammadiyah, dan bagaimana cara
membawa/ menyebar luaskannya. Menyebarkan faham Muhammadiyah itu pada
hakikatnya menyebarkan Islam yang sebenar-benarnya dan karena itu cara-caranya
perlu mengikuti bagaimana Rasulullah saw. menyebarluaskan Islam pada mula-mula
pertumbuhannya.
Memahami “Kepribadian Muhammadiyah”
Memahami Kepribadian Muhammadiyah berarti:
1. Memahamai apa sebenarnya Muhammadiyah
2. Karena Muhammadiyah ini sebagai organisasi, sebagai suatu
persyarikatan yang berasaskan Islam maka perlu pula difahami Islam yang
bagaimanakah yang hendak ditegakkan dan dijunjung tinggi itu, mengingat telah
banyaknya kekaburan-kekaburan dalam Islam di Indonseia ini. Dan ini pulalah
yang hendak dipergunakan mendasari atau menjiwai segala amal usaha Muhammadiyah
sebagai organisasi.
3. Kemudian dengan sifat-sifat yang kita contoh atau kita ambil dari
bagaimana sejarah da'wah Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan, itu pulalah
yang kita jadikan sifat-sifat gerak da'wah Muhammadiyah, dengan kita sesuaikan
pada keadaan dan kenyataan-kenyataan yang kita hadapi.
Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah Ini Kita
Pimpinkan/ Berikan?
Seperti diatas telah kita uraikan, bahwa kepribadian ini pada dasarnya
adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada warga kita, agar mereka itu
tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal usahanya, juga
tahu sifat-sifat atau bentuk/nada-nada bagaimana mereka para warga pada saat
melaksanakan tugas kewajibannya.
Lalu Bagaimana Cara Memberikan Atau
Menuntunkan?
Tidak ada cara lain memberikan atau menuntunkan
kepribadian Muhammadiyah ini kecuali harus dengan teori dan praktek penamaan,
pengertian dan pelaksanaan-pelaksanaan.
1. Penandasan atau pendalaman pengertian da'wah/ bertabligh.
2. Menggembirakan dan memantapkan tugas
berda'wah. Tidak merasa minderwaardig (rendah diri) dalam menjalankan
da'wah walaupun dengan tidak memandang rendah dan busuk kepada saudara-saudara
kita yang bertugas dalam lapangan lainya (politik, ekonomi, seni-budaya dan
lain-lain).
3. Kemudian kepada mereka para warga hendaklah ditugaskan dengan
tentu-tentu, bukan hanya dengan sukarela. Bila diperlukan dengan cara-cara yang
mengikat seperti dengan perjanjian, dengan bai'at dan lain-lain.
4. Sesuai dengan masa sekarang, perlu dengan musyawarah sekarang yang
sifatnya mengevaluasi tugas-tugas itu.
5. Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dengan
formalitas-formalitas yang menarik yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan
juga dengan memberikan bantuan logistik.
6. Pimpinan Cabang/Ranting bersama-sama anggota-anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituju, bahan-bahan yang dibawakan
petugas-petugas dibagi menurut kemampuan dan sasaran-sasarannya.
7. Pada musyawarah evaluasi, sekalian dapat ditambahkan bahan-bahan
atau bekal yang diberikan kepada warga yang sebagai muballighin/muballighat.
0 komentar:
Posting Komentar